Obor Rakyat yang Menghantui Pilpres

Jakarta - Kasus tabloid Obor Rakyat menyedot perhatian dalam Pemilihan Pilpres (Pilpres) 2014 lalu karena menulis isu Jokowi aktivis PKI dan anak seorang Tionghoa. Jelang Pilpres 2019, soal Obar Rakyat ini kembali diungkit Ketum PPP Romahurmuziy (Rommy).

Edisi pertama Obor Rakyat terbit pada Mei 2014. Kala itu, Obor Rakyat mengangkat judul 'Capres Boneka' dengan karikatur Jokowi sedang mencium tangan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.


Tim pemenangan capres dan cawapres Jokowi-JK lalu melaporkan tabloid itu ke Bawaslu pada 4 Juni 2014. Tapi Obor Rakyat tetap membuat edisi kedua tabloid Obor Rakyat dan kembali beredar dengan judul '1001 Topeng Jokowi'. Tabloid tersebut tidak hanya beredar masyarakat umum, tetapi telah sampai juga ke lingkungan pesantren dan pengurus masjid.

Pada 12 Juni 2014, Bawaslu melimpahkan perkara ini ke Bareskrim Polri. Tepat di hari yang sama, Dewan Pers menyimpulkan tabloid Obor Rakyat bukan produk jurnalis.

Akhirnya, Bareskrim menetapkan aktor intelektual tabloid itu, Setiyardi Budiono dan Darmawan Sepriyosa sebagai sebagai tersangka. Dalam perjalanannya, Setiyardi dan Darmawan akhirnya divonis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat 8 bulan penjara karena terbukti mencemarkan nama baik Presiden Jokowi pada Selasa (22/11/2016).


Kasus Obor Rakyat ini diungkit kembali oleh Rommy ketika memberikan sambutan di Munas Alim Ulama PPP di Hotel Patrajasa Semarang, Jawa Tengah, Jumat (13/4). Saat itu, Rommy blak-blakan soal awal mula isu komunis disematkan kepada Presiden Jokowi yang dimulai ketika tabloid Obor Rakyat terbit.

Rommy yang menjabat Ketua Divisi Strategi Kampanye Prabowo-Hatta pada 2014 lalu mengatakan banyak masukan mulai dari yang produktif hingga provokatif saat itu. Beberapa hal yang provokatif yaitu Jokowi keturunan Tionghoa dan aktivis PKI.

"Di antara pemikiran provokatif itu adalah bahwa Pak Jokowi adalah anak seorang Tionghoa bernama Oey Hong Liong dan dia adalah aktivis PKI. Itu dibukukan dalam satu tabloid bernama Obor Rakyat," kata Rommy.

Pelaku provokasi melalui Obor Rakyat tersebut, lanjut Rommy, tidak masuk dalam tim pemenangan resmi ataupun relawan. Mereka merupakan pendukung lepas Prabowo-Hatta. Pelaku yang dimaksud adalah Pimred Obor Rakyat, Setiyardi.

Gerindra pun bereaksi. Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman yang menjabat Direktur Timkamnas Prabowo-Hatta semasa kampanye Pilpres 2014 mempertanyakan maksud Rommy.

"Pernyataan Ketua PPP Rommy soal ada oknum pendukung Prabowo menyampaikan gagasan membawa dummy (desain awal majalah) Obor Rakyat kepadanya perlu dipertanyakan. Kami khawatir ini dapat dipersepsikan sebagai character assasination kepada Pak Prabowo, karena Romy saat ini adalah pendukung Pak Jokowi," tutur Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman dalam keterangan persnya, Minggu (15/4)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Pendidikan Gratis Gus Ipul-Puti

Rhoma Irama 'Menggoyang' Pilgub Jabar

6,7 Juta Orang Terancam Tak Bisa Nyoblos