Debat Pilgub Sumut 2018: Djarot Tanya Edy Cara Rawat Budaya

Jakarta - Cagub Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat bertanya ke Cagub Edy Rahmayadi soal bagaimana cara merawat dan mejaga kebudayaan, serta menyampaikannya sebagai obyek wisata. Menurut Djarot, seorang gubernur bukan hanya mengalokasikan anggaran untuk kebudayaan dan pariwisata.

Hal ini diungkapkan Djarot ke Edy dalam debat kedua Pilgub Sumut 2018 berlangsung di Hotel Adi Mulia Medan, Sabtu (12/5/2018). Sesi kedua acara debat, Edy mendapatkan pertanyaan yang telah disusun oleh panelis soal bagaimana merawat dan mengembangkan warisan sejarah dan kebudayaan di Sumatera Utara.

"Warisan sejarah dan kebudayaan di Sumatera Utara sangat kaya dan heterogen, namun sarana untuk merawat dan mengembangkannya sangat minim, bagaimana langkah kongkrit anda merawat, memanfaatkan, dan mengembangkan warisan sejarah dan kebudayaan untuk pembangunan di Sumatera Utara," tanya moderator acara ke Edy.

Mengawali penjelasannya, Edy menjelaskan sejarah merupakan warisan. Dia pun sempat menyinggung pernyataan Presiden RI pertama Sukarno soal 'Jas Merah', jangan pernah lupakan sejarah.

"Banyak warisan-warisan yang ada di Sumatera Utara ini yang perlu adanya kepedulian oleh pemerintah khususnya oleh gubernur. Contoh ada kesawan di situ ada Tjong A Fie, ada rumah-rumah heritage yang harus dipelihara, saat ini sedikit terbengkalai, saya katakan kembali, itu adalah kepedulian," jelas Edy.

"Ada istana Maimun yang menunjukkan bahwa kebesaran sejarah beragam budaya yang ada di Sumatera Utara ini, yang kedua tokoh-tokoh, ada yang pernah yang lalu kita bicarakan perlu kita ajak duduk kembali untuk penyemangat membesarkan sejarah ini sehingga sampai ke anak cucu kita kelak, Sumatera Utara ini memang benar-benar beradab adanya," imbuhnya.


Mendengar pernyataan Edy, Djarot kemudian menyampaikan sanggahannya. Menurut Djarot, Edy belum menjelaskan soal cara merawat dan menjaga warisan itu.

"Pak Edy yang ditanyakan adalah bagaimana kebijakan gubernur untuk bisa bukan hanya merawat dan mengalokasikan, tapi merawat dan menjaga warisan itu, dan kemudian menyampaikan itu sebagai objek wisata. Maimun, Tjong A Fie, ada juga candi di Aluta, bagaimana caranya mengelola tempat-tempat bersejarah ini agar mampu meningkatkan pariwisata baik lokal maupun asing," tanya Djarot ke Edy.

Edy pun menjelaskan, warisan dan budaya dan sejarah di Sumatera Utara harus dipelihara untuk generasi berikutnya. Kehadiran pemerintah adalah dengan menurunkan anggaran untuk perawatan dan pelestarian budaya.

"Kalau Pak Jokowi, Nawacita ya jelas dengan menganggarkan dari APBD, direncanakan, dipromosikan sehingga itu menjadi objek yang selaras dengan kemajuan Sumatera Utara yang kita cintai ini, sebagai ilmu, dan semuanya, penyemangat khususnya, ini lah gambaran besar kebesaran Sumatera Utara," ucap Edy.

Perdebatan antara Edy dan Djarot kemudian berlanjut ke masalah pendidikan. Dari panelis, Djarot mendapatkan pertanyaan bagaimana cara meningkatkan angka partisipasi murni sekolah menengah di Sumatera Utara.

"Angka Partisipasi Murni atau APM sekolah menengah di Sumatera Utara tahun 2016 sebesar 65,5 persen. Hal ini menunjukkan masih ada 34,5 persen penduduk yang belum menikmati pendidikan menengah, apa langkah kongkrit anda untuk meningkatkan APM tersebut," ujar moderator debat membacakan pertanyaan panelis ke Djarot.

Menurut Djarot, untuk menaikkan APM, pihaknya sudah menyiapkan Kartu Sumut Pintar jika dirinya terpilih. Dengan kartu tersebut, anak-anak dapat terus bersekolah. Dan nantinya tidak boleh ada anak di Sumut yang berhenti sekolah karena keterbatasan biaya.

"Yang kedua kita akan bangun satu kecamatan itu harus ada 1 SMK atau satu SMA, sehingga daya jangkau dengan siswa-siswa itu lebih dekat, faktor transportasi kadang-kadang menghambat mereka tidak masuk sekolah," jelas Djarot.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taktik TB Hasanuddin-Anton Mengurangi Impor

Golkar Bangga Airlangga Unggul di Survei

Program Pendidikan Gratis Gus Ipul-Puti